Manajemen air pada dasarnya adalah pengelolaan kualitas air agar selalu berada dalam kondisi optimal yang dibutuhkan dalam budidaya lele. Pengelolaan air sangat penting untuk mengurangi atau mencegah risiko terserang berbagai macam penyakit.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan air :
1. Warna air dan Kecerahannya
Warna air dipengaruhi oleh kepadatan
plankton yang ada pada air, baik itu phytoplankton maupun zooplankton. Kita
sebagai pembudidaya lele sebaiknya tahu dan mengikuti perkembangan perubahan
warna air dan kecerahannya. Dengan mengetahui perubahan warna air dan tingkat
kecerahan maka kita bisa mengantisipasi terjadinya stres dan penyakit pada
lele. Apabila warna dan kecerahan sudah di ambang batas optimal maka kita bisa
mengurangi 30% air pada kolam dan menggantinya dengan air yang baru dengan
kualitas yang lebih baik.
2. pH air
(Potential Hydrogen/Derajat Keasaman).
Dalam budiaya lele, kita menginginkan
agar nilai pH air kolam adalah sama atau mendekati sama dengan nilai pH tubuh
lele. Hal ini ditujukan agar lele tidak mengalami stres dalam menyesuaikan pH
tubuh dengan lingkungannya. Kita harus menjaga pH berkisar antara 7
– 8. PH Netral air adalah 7, berarti dibawah 7 disebut asam dan diatas 7
disebut basa. Jamur dan bakteri akan berkembang biak pada kondisi asam. Lele
mempunyai toleransi bisa hidup di kisaran PH 6-9 yang berarti bahwa lele lebih
toleran basa dari pada asam, namun kondisi ideal untuk kehidupan lele ada
pada PH 7-8. Jika nilai pH air berada di bawah kisaran yang distandarkan, maka
kita harus menaikkan nilai pH tersebut dengan cara pemberian kapur. Kapur yang
digunakan biasanya adalah kapur dolomit, pH air di luar standar yang ditentukan
akan berdampak pada metabolisme lele, nafsu makan turun dll.
Air
hujan sangat berpengaruh terhadap perubahan pH , secara alami air hujan
bersifat asam dengan PH sekitar 5,6. Limpahan air hujan ke kolam dengan
intensitas yang tinggi akan menyebabkan PH air kolam turun dan akan membuat
ikan lele gelisah, nafsu makan berkurang dan tak jarang menyebabkan lele
(terutama benih lele) mengapung dan mati. Penumpukan dan pembusukan bahan
organik dan un-organik yang tidak terurai yang berasal dari sisa pakan akibat
overfeeding atau dari bangkai lele yang mati tidak termakan oleh lele yang lain
juga bisa mempengaruhi perubahan pH air. Segera ketahui perubahan pH tersebut
dan segera ambil tindakan sebelum terlambat.
Ciri air
dengan PH asam :
- Air berbuih/berbusa
- Air bau
- Pekat akibat banyaknya material padat yang terlarut (total dissolved solid) Akibat PH asam pada Ikan lele :
- Benih ikan mulai menggantung tegak lurus (upacara bendera)
- Ikan malas bergerak
- Ikan pucat karena mengeluarkan lendir yang berlebihan
- Kematian ikan
Untuk
diketahui pembudidaya lele :
pH 4 :
Ikan mati
pH 5 :
Ikan tidak bisa berkembang biak
pH 6 :
Pertumbuhan ikan menurun
pH 7,8 :
Pertumbuhan baik
pH 9 :
Pertumbuhan ikan menurun
pH 10 :
Tidak berkembang biak
pH 11 :
Ikan mati
3. DO (Disolved
Oxygen / Oksigen Terlarut).
Mengelola DO menjadi sangat penting
karena DO merupakan salah satu faktor kunci dalam budidaya lele. Mengelola kandungan DO sangat erat
hubungannya dengan jumlah dan jenis phytoplankton, kepadatan tebar, banyak
sedikitnya bahan organik dalam kolam, aktivitas bakteri dan lainnya, yang akan
mempengaruhi ekosistim dalam kolam lele.
Konsentrasi oksigen terlarut dibawah 5
ppm, akan membuat lele menjadi sulit dalam mendapatkan oksigen, sehingga
lele akan naik ke permukaan air untuk mendapatkan oksigen. Jika hal ini
berlangsung dalam waktu yang lama, maka lele akan mati lemas. Perlakuan yang
harus kita lakukan dalam kejadian ini adalah diantaranya dengan mengganti 50%
air kolam dengan air yang baru, memaksimalkan operasional aerator dan
memberikan kapur agar proses respirasi selain lele menjadi terhambat.
Oksigen terlarut dalam kolam pada siang
hari akan meningkat karena proses fotosintesis dengan bantuan sinar
matahari dan turun di malam hari karena respirasi oleh tumbuhan dan hewan
termasuk ikan, tingkat DO akan mencapai titik terendah menjelang fajar. Tingkat
DO dinyatakan dalam ukuran ppm (part per million). Tingkat konsentrasi DO : 5
ppm : baik untuk kesehatan ikan yang optimal 2-4ppm : Ikan stress Dibawah 2 ppm
: Ikan mati Tinggkat DO yang terlalu tinggi dapat menyebabkan emboli atau
tekanan gas yang berlebihan yang dapat menyebabkan ikan kembung.
Sering kita melihat ikan lele yang menggerombol di pojokan kolam, hal tersebut dikarenakan penurunan tingkat konsumsi oksigen sehingga menyebabkan kondisi tubuh ikan yang semakin lemah dan kurangnya energi sehingga aktivitasnya menjadi lambat. Adaptasi ikan terhadap penurunan oksigen menempatkan dirinya di daerah sudut, karena diperkirakan bagian pojok dari kolam memiliki kadar oksigen yang lebih besar.
Sering kita melihat ikan lele yang menggerombol di pojokan kolam, hal tersebut dikarenakan penurunan tingkat konsumsi oksigen sehingga menyebabkan kondisi tubuh ikan yang semakin lemah dan kurangnya energi sehingga aktivitasnya menjadi lambat. Adaptasi ikan terhadap penurunan oksigen menempatkan dirinya di daerah sudut, karena diperkirakan bagian pojok dari kolam memiliki kadar oksigen yang lebih besar.
4. Salinitas
(Kadar Garam).
Salinitas lingkungan yang optimal
dibutuhkan lele untuk menjaga kandungan air dalam tubuhnya agar dapat
melangsungkan proses metabolisme dengan baik. Jika kadar garam dalam
tubuh lele lebih tinggi dari lingkungannya, maka air dari lingkungan akan masuk
ke dalam tubuh lele, sehingga sel tubuh akan membesar. Demikian
sebaliknya jika kadar garam lingkungannya lebih besar dari sel tubuh, maka
cairan dalam sel tubuh akan tertarik keluar sehingga lele akan “kurus”. Untuk
itu perlu menjaga kadar garam air pada kolam budidaya, terutama jika terlalu
tinggi. Hal yang dapat kita lakukan jika kadar garam terlalu tinggi adalah
dengan lebih sering mengganti air.
5. Suhu
(Temperatur).
Suhu perairan sangat mempengaruhi
kondisi lele terutama nafsu makannya. Hal ini berkaitan dengan proses
metabolisme tubuh lele. Semakin tinggi suhu perairan, semakin tinggi pula
proses metabolisme dalam tubuh lele. Sebaliknya jika suhu perairan sangat
rendah, maka proses metabolisme tersebut akan terhambat sehingga lele berkurang
nafsu makannya. Suhu yang optimal untuk pertumbuhan lele adalah berkisar
antara 25 – 30 0C.
Cara untuk menjaga stabilitas suhu :
- Kolam diberi naungan bisa berupa paranet/plastic fiber
- Ketinggian air kolam yang cukup antara 70-100 cm sehingga perubahan suhu air kolam tidak terlalu cepat
- Memberikan sekam pada dasar kolam terpal
- Lakukan penambahan atau pengurangan air disesuaikan dengan suhu air kolam
- Penggunaan heateruntuk benih lele.
Jika suhu air rendah
(< 25 0C), maka nafsu makan lele akan berkurang
karena proses metabolismenya terhambat, namun jika suhu perairan terlalu tinggi
(> 300C), maka proses metabolisme lele akan meningkat dan beban
insang untuk membuang hasil ekskresi cair tubuh yang berupa NH3 ,
akan meningkat.
6. Total Ammonia
Nitrogen (TAN).
Pengukuran TAN bertujuan untuk
mengetahui kandungan ammoniak dalam kolam sebagai sisa hasil metabolisme
lele, plankton mati, input bahan organik serta sisa pakan yang tidak
terurai. Kadar TAN maksimal dalam kolam adalah 2 ppm. Jika nilai TAN tinggi,
berarti sisa bahan organik dalam kolam tidak terurai dengan baik dan air kolam
harus segera diganti dengan yang baru. Dengan kandungan TAN dan NH3 yang
tinggi, ditambah dengan nilai pH dan suhu yang tinggi, maka daya racun amoniak
akan menjadi berlipat. Resiko terbesarnya adalah lele keracunan amoniak
sehingga berenang tidak tentu arah dan akhirnya mati. Apabila kolam tidak
berbau amoniak akan tetapi ada lele yang dicurigai keracunan amoniak di dasar
kolam maka segera ganti air sebanyak 30%. Buang air bawah dan ganti dengan yang
baru.
7. Amoniak bebas
(NH3).
Amoniak bebas ini terbentuk karena
proses penguraian bahan organik tidak berjalan dengan baik. Seperti diketahui
bahwa dalam budidaya lele, pakan yang diberikan mengandung kadar protein yang
tinggi. Sedangkan lele yang dibudidayakan mempunyai sistim pencernaan yang
sangat sederhana, sehingga kotoran lele masih mengandung kadar protein yang
tinggi pula. Sisa pakan yang tidak terkonsumsi dan kotoran lele akan menumpuk
menjadi bahan organik dengan kadar protein tinggi. Jika protein tersebut tidak
terurai dengan baik, maka kandungan amoniak dalam kolam akan tinggi. Kadar
amoniak bebas yang distandarkan adalah maksimal 0,01 ppm. Jika lebih dari
itu, air kolam harus segera diganti dengan yang baru.
Untuk mengurangi ammonia dalam kolam
bisa menggunakan probiotik yang mengandung bakteri - bakteri yang saling
berkerjasama dalam mengolah sisa metabolisme lele plankton mati, input bahan
organik serta sisa pakan yang tidak terurai menjadi zat yang tidak berbahaya,
atau bahkan apabila menggunakan bakteri bacilius akan bisa menjadikan zat
tersebut menjadi floc yang bisa dimakan oleh lele sehingga akan menghemat
pakan.
8. Alkalinitas.
Alkalinitas adalah jumlah basa yang
terdapat dalam air. Basa yang dimaksud adalah karbonat (CO32-),
bikarbonat (HCO3-) dan hidroksida (OH-).
Alkalinitas menjadi kunci penting dalam kualitas air karena kemampuannya dalam
menyangga perubahan pH karena penambahan asam, tanpa menurunkan nilai pH. Untuk
itu, selain pengukuran alkalinitas total, diukur pula alkalinitas bikarbonat,
yang nilainya distandarkan sama atau sedikit lebih rendah/kecil dari nilai
alkalinitas total (³ 70 persen dari nilai alkalinitas total). Standar nilai
alkalinitas dalam perikanan adalah ³ 80 ppm. Jika air mempunyai nilai
alkalinitas di bawah standar, maka yang kita lakukan adalah aplikasi kapur,
bakteri pengurai dan penambahan gas CO2.
Jika alkalinitas berada di bawah
standar yang ditentukan, maka tidak ada lagi unsur yang dapat menyangga
perubahan pH. Dengan demikian maka fluktuasi pH pagi dan siang akan menjdi
tinggi/besar. Nilai maksimal dari fluktuasi pH adalah 0,5. Jika fluktuasinya di
atas itu, maka lele akan kehabisan energi dalam menyeimbangkan nilai pH tubuh
dengan nilai pH lingkungan. Lele akan stres, pertumbuhan lambat, bahkan
kematian.
9. Jenis dan
Jumlah plankton
Dikenal ada dua golongan besar plankton
yaitu phytoplankton dan zooplankton. Phytoplankton adalah jasad
renik perairan yang masuk dalam golongan tumbuh-tumbuhan, sedang zooplankton
masuk dalam golongan hewan. Parameter kualitas air ini tercermin dari warna dan
kecerahan air kolam. Jika suatu perairan didominansi oleh phytoplankton dari
golongan chlorophyta, maka warna air akan nampak hijau, kalau
didominansi oleh diatomae, maka warna air akan coklat. Fungsi utama dari
phytoplankton dalam perairan adalah pemasok oksigen terbesar (pada siang hari),
pakan alami dan penjaga kestabilan ekosistim kolam. Dalam mengelola parameter
ini, yang terpenting adalah menjaga stabilitas kualitas air dan bagaimana kita
bisa membuat jenis plankton yang beragam, bukan didominansi oleh satu jenis
plankton saja. Jika suatu perairan hanya didominansi oleh satu jenis plankton,
kekhawatirannya adalah jika plankton tersebut terkena gangguan dan mati massal,
maka perairan akan menjadi bening.
10. Jenis Bakteri
Baik
Ada banyak sekali jenis bakteri baik
yang digunakan dalam budidaya lele, bakteri tersebut biasanya didapatkan
pembudidaya lele dari probiotik yang bebas di jual dipasaran. Apabila kita
menggunakan bakteri dalam budidaya lele maka yang harus kita perjatikan adalah
jenis bakteri apa yang kita gunakan, jangan menggunakan satu macam jenis bakteri
saja dan jangan menggunakan banyak bakteri yang berdiri secara sendiri. Hal
tersebut sangat rentan dengan kematian masal bakteri apabila ada gangguan dari
bakteri lain yang belum dikenal di lingkungan kolam. Sebaiknya menggunakan
bakteri pembentuk floc dan bakteri penunjang pembentukan floc, karena bakteri
tersebut bisa saling bekerja sama menjadai suatu sistem pembentuk floc. bakteri
tersebut biasanya dari jenis bakteri bacilius dan lactobasilius.
11. Sumber air
untuk budidaya.
Sumber air yang digunakan untuk
budidaya baik untuk persiapan atau pembesaran telah terbebas dari bibit
penyakit/virus yang masuk dari luar melalui air. Sebaiknya menggunakan air
sumur yang sudah di kondisikan dlam kolam tertentu.
Mudah2an bisa jadi ajang silaturahmi
ReplyDeleteiya pak...salam kenal
DeleteMudah2an bermanfaat informasi nya dan jadi tempat silaturahmi
ReplyDeleteTerima kasih
ReplyDeleteKalau airnya sdah coklat bgmna bisa menghijaukannya kembali?
ReplyDeleteKurangi air dasar 30% setiap 7 hari maka air akan bertahan di warna hijau, syarat sinar matahari mencukupi dan tebar ikan tdk terlalu padat.
Delete